click tracking
Kebidanan: KEGAWATDARURATAN OBSTETRI

Selasa, 08 Februari 2011

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI


ATONIA UTERI

Atonia uteri adalah Gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi hormonnya. Atau atonia uteri adalah Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan.

Diagnosis pada intinya sulit ditegakan, tetapi bila perdarahan sedikit tanpa disadari penderita banyak kehilangan darah, dan kondisinya lemas, TD, NADI menurun, Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah bayi lahir .

Penanganan Umum
1.       Infus, uterotonika IM/IV /drip (mathergin, prostaglandin)
2.       Tindakan mekanis (kompresi bimanual)
a.     masase fundus
b.     masase melipat
3.       Rujukan
4.       Uterovaginal tampon
5.       Ligasi arteri hipogartmik
6.       Penjepitan parametrium menurut henkel
7.       Histerektomi supravaginal
8.       Kompresi aorta abdominal

Penyebab
1.       Umur : umur yang terlalu muda & terlalu tua
2.       Paritas : sering dijumpai pada multipara dan gandemultipara
3.       Partus lama dan partus terlantar
4.       Obstetri operatof & narkosa
5.       Uterus terlalu tegang & besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
6.       Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus covelair pada solusio plasenta
7.       Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi 

Atonia uteri dibagi dalam 3 tahap
1.       Tahap I
Perdarahan yg tidak begitu banyak dapat diatasi dg cara pemberian uterotonika, memasase uterus & memasang gurita
2.       Tahap II
Bila perdarahan belum berhenti & bertambah banyak, selanjutnya berikan infus & transfusi darah & bisa dilakukan
  1. Prasat (manuever) zangemeister
  2. Prasat (manuever) fritch
  3. KBE & KBI
  4. Kompresi aorta
  5. Tamponade uterovaginal
  6. Jepitan arteri uterina dg cara henikel
3.       Tahap III
Bila semua upaya diatas tidak menolong juga maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditemuh dg 2 cara yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi 

Penanganan atonia uteri
1.       Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
2.       Lakukan pemasangan nifas dan pemberian uterotonika
3.       Pastikan plasenta lahir lengkap ( bila ada indikasi sebagian plasenta masih tertinggal. Lakukan evakuasi sisa plasenta) dan tidak akselerasi jalan lahir.
4.       Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan
5.       Lakukan uji beku darah untuk konfirmasi sistem pembekuan darah
6.       Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan lakukan tindaklan seperti
  1. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar : KBE, KBI, Kompersi aorta abdominalis
  2. Pada RS rujjukan : ligasi arteri uterina & ovarika, histerektomi
Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)
Menekan uterus melalui dinding abdomen dg jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran drah yg keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi / dibawa kapasitas kesehatan rujukan. Jika belum berhasil, coba dengan kompresi bimanual interna.

Kompresi Bimanual Interna (KBI)
Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Pertahankan perdarahan yg terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang / berhenti, tunggu hingga utrerus berkotraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi lakukan kompresi aorta abdominalis.

Kompresi Aorta Abdominalis
Raba arteri femoralis dg ujung jari tangan kiri pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pd daerah umbilikalis, tegak lurus dg sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yg tepat, akan menghentikan atau sangat megurang denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dg memperhatikan perdarahan yg terjadi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar