Pemberian anestesia dan analgesia pada wanita hamil atau sedang melahirkan dipengaruhi oleh status fisiologik ibu serta memerlukan pertimbangan pengaruh obat dan zat anestrtik pada janin saat perpindahan transplasental.
Analgesia dan anestesia ini meliputi anestesia pada versi eksternal, SC berencana atau darurat, melahirkan dengan cunam dan mengeluarkan plasenta secara manual serta sedikit mengenai pencegahan dan terapi aspirasi asam lambung.
Evaluasi penderita kebidanan
Tingkat persalinan dan jalan rangsang nyeri
Persalinan dapat dibagi dalam 3 tingkat, yaitu :
1. Kala I, dimulai dari kontraksi uterus yang teratur dan berakhir pada pembukaan lengkap serviks.
2. Kala II, pembukaan lengkap serviks sampai bayi lahir
3. Kala III, dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
Nyeri, selama dalam persalinan kala I nyeri primer akibat dilatasi serviks dan kontraksi uterus.serat saraf nyeri aferent berjalan dari serviks dan uterus masuk ke medula spinalis melalui akar posterior dari T10-L1.
Nyeri kala II berasal dari pelebaran vulva dan perineum. Daerah ini persafari oleh saraf pudendus melaui S2-4.
Perubahan fisiologik
Yang utama adalah selama proses persalinan aktif. Kebutuhan O2 naik sampai 100% dan curah jantung naik 80% di atas nilai 300-500 ml darah selama kontraksi uterus. Tekanan vena sentral naik 4-6 cm H2O akibat kenaikan sementara volume darah ibu.
Pemantauan janin
Perubahan denyut jantung janin (DJJ) bisa terjadi selama proses persalinan yaitu menaik dan menurun. Normal DJJ adalah 110-160 kali/menit. Menaik merupakan tanggapan normal terhadap rangsangan dan ini berarti janin dalam keadaan baik. Menurun bisa merupakan pertanda gawat janin.
Pertimbangan anestetik selama kehamilan
Gerakan diafragma
Gerakan kebawah dari diafragma terganggu oleh pembesaran uterus. Selama proses bernafas, gerakan dada memiliki peranan penting terutama pada kehamilan ganda, hidramnion dan kehamilan normal pada wanita kecil.
Aliran darah
Curah jantung menaik pada kehamilan. Uterus makin lama makin besar, penekanan pada vena kava inferior akan menurunkan aliran balik ke jantung sehingga curah jantung fan tekanan darah bisa menurun secara dramatis. Hal ini terutama terjadi saat ibu berbaring terlentang yang disebut sebagai sindroma hipotensif telentang (Supine Hypotensive Syndrome) atau sindroma kompresi kaval. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara memiringkan si ibu atau meninggikan fetus secara fisis ke medial.
Perubahan biokimia
Kehamilan biasanya disertai oleh alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi. Pada periode akhir kehamilan dan awal pasca kelahiran, kolinesterase serum menurun, kadang-kadang sangat rendah. Akibatnya si ibu akan sangat sensitif pada obat pelumpuh otot golongan depolarisasi seperti suksametonium.
Perpindahan obat melalui plasenta
Perpindahan obat narkotik melalui lasenta bisa mengakibatkan depresi bayi setelah lahir. Morfin atau derivatnya hendaknya dihindarkan apabila kelahiran diantisipasi dalam 2 jam. Jarang ramalan ini meleset, pada masa awal kehamilan bayi harus diobservasi secara telitiguna melihat gejala depresi pernapasan. Bila diperlukan antagonis narkotik, maka dapat diberikan melalui vena umbilikalis.
Eter, Halotan, Enfluran, Isofluran dan Dinitrogen Oksida (N2O)
Pemberian zat anestesik inhalasi uap seperti eter dengan dosis pembedahan bisa mengakibatkan bayi tertidur sewaktu dilahirkan. Sedangkan pemberian zat anestetik inhalasi uap yang mengandung hidrokarbon berhalogen umumnya menurunkan tonus otot uterus sehingga dapat meningkatkan perdarahan pasca bedah. Tetapi penyulit ini sangat bergantung pada konsentrasi yang digunakan. Pada konsentrasi lazim digunakan selama anestesia dengan halotan akan terjadi reaksi uterus. Karena bahaya perdarahan maka halotan hendaknya dihindarkan untuk proses melahirkan. Sedangkan di pihak lain relaksasi uterus sangat dibutuhkan selama prosedur versi eksternal. Pengaruh halotan pada neonatus adalah minimal ena tersimpan dalam plasenta, ini disebabkan kelarutannya di dalam lemak tinggi.
Pemberian anestesia untuk sectio caesaria sebaiknya sebelum bayi lahir diberikan dinitrogen oksida (N2O) dan oksigen (O2) saja, kalau perlu dapat ditambahkan eter , halotan, enfluran atau isofluran dosis rendah.
Untuk menghilangkan rasa nyeri selama partus dapat diberikan halotan enfluran, isofluran (salah satu) dengan dosis rendah atau N2O / O2 + saja.
Tiopenton dan ketamin
Tiopenton melewati plasenta tapi lebih lambat dari yang diduga semula. Pengaruh terhadap bayi sangat minnimal asal saja diperhitungkan pemberian suntikan dengan dugaan bayi akan lahir dalam waktu 15-20 menit dengan dosis yang dianjurkan.
Ketamin adalah obat anestetik parenteral yang bersifat disosiatif dan menimbulkan analgesia kuat, tidak menimbulkan efek penyulit pada bayi yang dilahirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar