click tracking
Kebidanan: Januari 2011

Kamis, 20 Januari 2011

Jadwal Imunisasi


IMUNISASI


Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.

Imunisasi yang diwajibkan
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktu lahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
campak
9 bulan
--
Campak

Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air

Rabu, 19 Januari 2011

JADWAL KUNJUNGAN ULANG

JADWAL KUNJUNGAN ULANG


Jadwal kunjungan ulang asuhan antenatal yaitu :
1. Kunjungan I (16 minggu)
Dilakukan untuk :
a. Penapisan dan pengobatan anemia.
b. Perencanaan persalinan
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2. Kunjungan II (24-28 Minggu) dan Kunjungan III (32 minggu )
Dilakukan untuk :
a) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b) Pengenalan preeklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP.
c) Mengulang perencanaan persalinan.

3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)
Dilakukan untuk :
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan VI
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN


1. Tanda – tanda presumptif
a) Amenorea (Tidak dapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dituang dengan menggunakan rumus dari Naegele. TTP = (Hari pertama HT + 7) dan (bulan HT + 3)
b) Mual dan Muntah (Nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis.
c) Mengidam (Ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering makanan atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama.
d) Tidak tahan suatu bau-bauan
e) Pingsan (Pangsan)
Bila berada pada tempat – tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan.
f) Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.
g) Lelah (Fatique)
h) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri
, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.
i) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
j) Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid.
k) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortisteroid plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum). Aerola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisea).
l) Epulis : hipertrofi dari papil gusi.
m) Pemekaran vena-vena (varices) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vuva biasanya dijumpai pada triwulan akhir. 


2. Tanda – tanda kemungkinan hamil
a. Perut membesar
b. Uterus membesar ; terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensi dari rahim.
c. Tanda Hegar
d. Tanda Chadwick
e. Tanda Piscaseck
f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang = Braxton – Hicks
g. Teraba ballotement
h. Reaksi kehamilan positif 
  

3. Tanda pasti (Tanda Positif)
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian – bagian janin.
b. Denyut jantung janin :
1) Didengar dengan stetoskop-monoral Lannec
2) Dicatat dan didengar dengan alat Dopler
3) Dicatat dengan felo-elektro kardiogram
4) Dilihat pada ultrasonografi
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

KEHAMILAN NORMAL

KEHAMILAN NORMAL



Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir .kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu :
1. Triwulan pertama yaitu dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.
2. Triwulan kedua yaitu dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan
3. Triwulan ketiga yaitu dimulai dari bulan ketujuh sampai 9 bulan !
Asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memoritas dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

Tujuan dari asuhan antenatal yaitu :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riyawat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif.
6. Mempersiapkan peran itu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN
1. Tanda – tanda presumptif
2. Tanda – tanda kemungkinan hamil
3. Tanda pasti (Tanda Positif)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kahamilan yaitu :
1. Satu kali pada triwulan pertama.
2. Satu kali pada triwulan kedua.
3. Satu kali pada triwulan ketiga.

Asuhan standar minimal pada asuhan antenatal termasuk ” 7 T ”
1. Tingkat berat badan
2. Ukur tukanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri.
4. Pemberian imunisasi (Tatanus Toksoid) TT lengkap.
5. Pemberian Tablet zat besi, miimal 90 tablet selama kahamilan.
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
7. Temu Wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Pemberian Vitamin Zat Besi
Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari sesegara mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeS04 320 mg (Zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 mg, minimal masing – masing 90 tablet. Tablet sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan.

Imunisasi TT
Pemberian imunisasi TT bagi wanita usia subur (WUS) ada 5 kali suntik TT dan pada umumnya selama hamil pertama pada ibu hamil adalah 2 kali suntikan.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang berih dan aman.
4. Perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

Jadwal kunjungan ulang asuhan antenatal yaitu :
1. Kunjungan I (16 minggu)
2. Kunjungan II (24-28 Minggu) dan Kunjungan III (32 minggu )
3. Kunjungan IV (36 minggu sampai lahir)

Selasa, 18 Januari 2011

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
(INFORMED CONSENT)

Pemberian informasi yang lengkap
Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan pasangannya, sehingga harus diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan kepada calon/peserta KB harus disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh klien. Dalam pemberian informasi sangat penting adanya komunikasi verbal antara petugas dan klien. Ada anggapan bahwa klien sering melupakan informasi lisan yang telah diberikan. Oleh karena itu, diberikan pula informasi tertulis dan jika perlu dibacakan kembali.

Pengertian peretujuan tindakan medis
1. Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, surat Persetujuan Tindakan Medis (informed Consent) diperlukan. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan media yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
2. Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat mental.

Persetujuan tindakan medis oleh pasangan suami istri
Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap,maka pengaruhnya terhadap lembaga perkawinan itu cukup besar sehingga izin harus dari kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan tindakan medis lainnya yang tidak menyangkut organ reproduksi yang izinnya terutama diberikan oleh pihak yang akan mengalami tindakan tersebut.

Daftar tilik untuk petugas
Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kontrasepsi mantap pria/wanita, implant, dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (cara kerja, kontra indikasi, efek samping, komplikasi, kegagalan, keuntungan/kerugian, jadwal /tempat kunjungan ulang, persyaratan kontap pria/ wanita dan rekanalisasi serta keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR/implant dan jadwal pencabutannya, serta kategori pencabutan AKDR/implant). Pertanyaan tersebut harus dijawab sendiri oleh petugas dengan mengisi kode pada kotak yang sesuai.

Catatan tindakan dan pernyataan
Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed consent pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang Lembar Persetujuan Tindakan Medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan tindakan dan pernytaan tersebut memuat catatan tindakan yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah sesuai standar.

Metode kontrasepsi pasca persalinan

Metode kontrasepsi pasca persalinan





1.MAL
Waktu pasca persalinan
a. Mulai segera pasca persalian
b. Efektivitas tinggi sampai 6 bulan pasca persalinan dan belum haid
Ciri-ciri khusus
a. Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi
b. Memberikan waktu untuk memilih metode kontrasepsi yang lain
Catatan
a. Harus benar-benar ASI Eksklusif
b. Efektivitas berkurang jika mulai suplementasi

2. Kontrasepsi kombinasi
Waktu pasca persalinan
a. Jika menyusui :
-Jangan dipakai ssebelum6-8 minggu pasca persalinan
-Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu – 6 bulan pasca persalinan
b. Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulan
c. Jika tidak menyusui dapat dimulai 3 minggu pasca persalinan
Ciri-ciri khusus
a. Selama 6-8 minggu pasca persalinan, kontrasepsi kombinasi akan mengurangi ASI dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
b. Selam 3 minggu pasca persalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan resiko masalah pembekuan darah.
c. Jika klien tidak mendapat haid dan sudah hubungan seksual, mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada kehamilan.
Catatan
a. Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir pada klien menyusui.
b. Dapat diberikan pada klien dengan riwayat preeclampsia atau hipertensi dalam kehamilan.
c. Sesudah 3 minggu pasca persalinan tidak meningkatkan resiko pembekuan darah.

3. Kontrasepsi progestin
Waktu pasca persalinan
a. Sebelum 6 minggu pasca persalinan, klien menyusui jangan menggunakan kontrasepsi progestin.
b. Jika menggunakan MAL, kontrasepsi progestin dapat ditunda sampai 6 bulan.
c. Jika tidak menyusui dapat segera dimulai.
d. Jika tidak menyusui, lebih dari 6 minggu pasca persalinan atau sudah dapat haid, kontrasepsi progestin dapat dimulai setelah yakin tidak ada kehamilan
Ciri-ciri khusus
a. Selama 6 minggu pertama pasca persalina, kontrasepsi progestin mempengaruhi perkembangan bayi
b. Tidak ada pengaruh terhadap ASI.
Catatan
Perdarahan irregular dapat terjadi


4. AKDR
Waktu pasca persalinan
a. Dapat dipasang langsung pasca persalinan, sewaktu SC atau 48 jam pasca persalinan
b. Jika tidak, insersi ditunda sampai 4-6 minggu pasca persalinan
c. Jika laktasi atau haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan
Ciri-ciri khusus
a. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
b. Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui
Catatan
a. Insersi postplasental memerlukan petugas terlatih khusus
b. Konseling perlu dilakukan sewaktu asuhan antenatal
c. Angka pencabutan AKDR tahun pertama lebih tinggi pada klien menyusui
d. Ekspulsi spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan pascaplasental
e. Sesudah 4-6 minggu pasca persalinan teknik sama dengan pemasangan waktu interval



5. Kondom / spermisida
Waktu pasca persalinan
a. Dapat digunakan setiap saat pasca persalinan
Ciri-ciri khusus
a. Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
b. Sebagai cara sementara sambil memilih metode lain
Catatan
Sebaiknya pakai kondom yang diberi pelicin

6. Diafragma
Waktu pasca persalinan
> Sebaiknya tunggu sampai 6 minggu pasca persalinan
Ciri-ciri khusus
> Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
Catatan
a. Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas
b. Penggunaan spermisida membantu mengatsi masalah keringnya vagina

7.KB Alamiah
Waktu pasca persalinan
> Tidak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratus
Ciri-ciri khusus
> Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
catatan
a. Lender serviks tidak keluar seperti haid regular lagi
b. Suhu basal tubuh kurang akurat jika klien sering terbangun pada malam untuk menyusui

8.Koitus interuptu atau abstinensia
Waktu pasca persalinan
> Dapat digunakan setiap waktu
Ciri-ciri khusus
a. Tidak ada pengruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi
b. Abstinensia 100% efektif
Catatan
a. Beberapa pasangan tidak sanggup untuk abstinensi
b. Perlu konseling

9. Kontrasepsi mantap : tubektomi
Waktu pasca persalinan
a. Dapat dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
b. Jika tidak, tunggu sampai 6 minggu pasca persalinan
Ciri-ciri khusus
a. Tidak ada pengaruh terhadap laktsi atau tumbuh kembang bayi
b. Minilaparatomi pasca persalinanpaling mudah dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan
Catatan
a. Perlu anestesi local
b. Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan antenatal



10. Vasektomi
Waktu pasca persalinan
> Dapat dilakukan setiap saat
Ciri-ciri khusus
> Tidak segera efektif karena perlu paling sedikit 20 ejakulasi (±3 bulan) sampai benar-benar steril
Catatan
> Merupakan salah satu cara KB untuk pria

KONTRASEPSI UNTUK PEREMPUAN BERUSIA LEBIH DARI 35 TAHUN

KONTRASEPSI UNTUK PEREMPUAN
BERUSIA LEBIH DARI 35 TAHUN

Perempuan berusia lebih dari 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil.
Klien usia > 35 tahun baik dan aman menggunakan kontrasepsi pil kombinasi atau suntik kombinasi sampai usia menopause jika tidak terdapat factor resiko lain. Namun, bagi perempuan yang merokok dengan usia > 35 tahun sebaikya tidak menggunakan pil kombinasi atau suntik kombinasi.
Berbagai cara kontrasepsi pada perempuan berusia > 35 tahun
1.Pil kombinasi / suntikan kombinasi
Sebaiknya tidak digunakan pada perempuan berusia >35 tahun yang perokok.
Perokok berat (>20 batang/hari) jangan menggunakan pil/suntikan
Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai Terapi Sulih Hormon pada masa perimenopause.
2.Kontrasepsi Progestin (implant, kontrasepsi suntikan progestin, kontrasepsi pil progestin)
Dapat digunakan pada masa perimenopause (usia 40-50 tahun).
Dapat digunakan oleh perempuan berusia >35 tahun dan perokok.
Implant dapat digunakan pada perempuan berusia >35 tahun yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.

3. AKDR
Dapat digunakan oleh perempuan >35 tahun yang tidak terdpat pada ISR dan IMS.
AKDR Cu dan progestin :
- Sangat efektif
- Tidak perlu tindak lanjut
- Efek jangka panjang (CuT-380A efektif sampai 10 tahun)

4.Kondom
Satu-satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah ISR dan IMS (HBV, HIV/AIDS).
Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah kehamilan.

5. Kontrasepsi mantap
Sangat tepat untuk pasangan yang benar-benar tidak ingin punya anak lagi.

KONSELING

KONSELING KB




Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berate petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan klien merasa puas. Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang telah ada.
Konseling sering diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Dengan adanya konseling maka klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider.
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai secara interaktif sepanjang kunjungan klien akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed Choice) yang akan digunakan.

Sikap petugas kesehatan dalam melaksanakan konseling yang baik pada calon klien KB baru :
1. Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai klien dan menciptakan rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien terhadap orang lain.
2. Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Dalam memberikan informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK).
4. Menghindari informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan (Informed Choice). Namun tidak semua klien menangkap semua informasi tentang berbagai macam kontrasepsi. Terlalu banyak informasi akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
5. Membahas metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Dalam konseling petugas mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi termasuk keuntungan dan kerugian serta bagaimana cara penggunaannya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih klien dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam Keluarga Berencana. Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini maka klien akan membuat sebuah pilihan (informed Choice). Bila tidak ada halangan dalam bidang kesehatan maka baiknya klien menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya sehingga klien tkan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih efektif.
6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas member contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahami dengan memperlihatkan bagaimana cara penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamphlet, atau halaman bergambar.

Langkah – Langkah Konseling KB (SATU TUJU)
1. SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan pada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.
2. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
Bantu klien untuk berbicara tentang pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian atas apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyaratdan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat mmembantunya.
3. U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling klien inginkan, serta jelaskan jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Serta jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diinginkan klien. Uraikan juga mengenai resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
4. TU : banTUlah klien menentukan pilihannya.
Petugas membantu klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, mendorong klien untuk menunjukkan keinginan dan mengajukan pertanyaan kemudian tanggapi secara terbuka.selain itu petugas juga membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap jenis kontrasepsi.
Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut dengan pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? atau Apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?
5. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat / obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Kemuaian doronglah klien untuk bertanya lagi dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi misalnya kondom dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
6. U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi yang dibutuhkan. Serta ingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

Di mana dan siapa yang harus memberikan informasi dan konseling ?
Tempat pelayanan konseling untuk melayani masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan koseling, yaitu :
1. Konseling KB di lapangan (nonklinik)
Dilaksanakan oleh petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, sub PPKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB baik dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup :
a. Pengertian manfaat perencanaan keluarga
b. Proses terjadinya kehamilan / reproduksi sehat
c. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, tempat kontrasepsi dapat diperoleh, rujukan serta biaya)
2. Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedic terlatih di klinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus.
Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan mencakup :
a. Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya.
c. Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d. Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
e. Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.

MENGAPA INFORMED CHOICE PENTING ?
Klien yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena :
1. Informed choice adalah suatu kondisi peserta / calon peserta Kb yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap melalui KIP/K.
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan digunakan.
4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya.
5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat.
6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat berobat ke tempat pelayanan.
7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya.

Alat bantu pengambil keputusan (ABPK)
ABPK yang sudah tersedia Lembar Balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasi untuk Indonesia olehSTARH untuk digunakan dalam konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya tanda pengiungat mengenai ketrampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa saja yang perlu diberikan sesuai kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan.

KONSELING

KONSELING KB




Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berate petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya dan klien merasa puas. Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang telah ada.
Konseling sering diabaikan dan tidak dilaksanakan dengan baik karena petugas tidak mempunyai waktu dan tidak menyadari pentingnya konseling. Dengan adanya konseling maka klien akan lebih mudah mengikuti nasihat provider.
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan.
Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai secara interaktif sepanjang kunjungan klien akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed Choice) yang akan digunakan.

Sikap petugas kesehatan dalam melaksanakan konseling yang baik pada calon klien KB baru :
1. Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai klien dan menciptakan rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien terhadap orang lain.
2. Interaksi antara petugas dan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang petugas adalah cara memahami bahwa klien adalah manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Dalam memberikan informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK).
4. Menghindari informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan (Informed Choice). Namun tidak semua klien menangkap semua informasi tentang berbagai macam kontrasepsi. Terlalu banyak informasi akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu bagi klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
5. Membahas metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya dan tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan kontrasepsi. Dalam konseling petugas mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi termasuk keuntungan dan kerugian serta bagaimana cara penggunaannya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih klien dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis kontrasepsi dalam Keluarga Berencana. Petugas mendorong klien untuk berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini maka klien akan membuat sebuah pilihan (informed Choice). Bila tidak ada halangan dalam bidang kesehatan maka baiknya klien menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya sehingga klien tkan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan lebih efektif.
6. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas member contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahami dengan memperlihatkan bagaimana cara penggunaannya. Petugas juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamphlet, atau halaman bergambar.

Langkah – Langkah Konseling KB (SATU TUJU)
1. SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan pada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.
2. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.
Bantu klien untuk berbicara tentang pengalaman Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien. Berikan perhatian atas apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyaratdan caranya. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perhatikan bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat mmembantunya.
3. U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi yang paling mungkin termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling klien inginkan, serta jelaskan jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Serta jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diinginkan klien. Uraikan juga mengenai resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
4. TU : banTUlah klien menentukan pilihannya.
Petugas membantu klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, mendorong klien untuk menunjukkan keinginan dan mengajukan pertanyaan kemudian tanggapi secara terbuka.selain itu petugas juga membantu klien mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap jenis kontrasepsi.
Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut dengan pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? atau Apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?
5. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat / obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Kemuaian doronglah klien untuk bertanya lagi dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi misalnya kondom dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
6. U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang.
Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi yang dibutuhkan. Serta ingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

Di mana dan siapa yang harus memberikan informasi dan konseling ?
Tempat pelayanan konseling untuk melayani masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan koseling, yaitu :
1. Konseling KB di lapangan (nonklinik)
Dilaksanakan oleh petugas di lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, sub PPKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB baik dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan. Adapun informasi yang diberikan mencakup :
a. Pengertian manfaat perencanaan keluarga
b. Proses terjadinya kehamilan / reproduksi sehat
c. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, tempat kontrasepsi dapat diperoleh, rujukan serta biaya)
2. Konseling KB di klinik
Dilaksanakan oleh petugas medis dan paramedic terlatih di klinik yaitu dokter, bidan, perawat serta bidan di desa. Pelayanan konseling yang dilakukan di klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus.
Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling di lapangan mencakup :
a. Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
b. Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya.
c. Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d. Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
e. Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.

MENGAPA INFORMED CHOICE PENTING ?
Klien yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena :
1. Informed choice adalah suatu kondisi peserta / calon peserta Kb yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi yang lengkap melalui KIP/K.
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami kontrasepsi yang akan digunakan.
4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang akan dipilihnya.
5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di kalangan masyarakat.
6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat berobat ke tempat pelayanan.
7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsinya.

Alat bantu pengambil keputusan (ABPK)
ABPK yang sudah tersedia Lembar Balik yang dikembangkan WHO dan telah diadaptasi untuk Indonesia olehSTARH untuk digunakan dalam konseling. ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai standar dengan adanya tanda pengiungat mengenai ketrampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa saja yang perlu diberikan sesuai kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil keputusan.

IMS DAN KONTRASEPSI

INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN
KONTRASEPSI

Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang mendapat perhatian penting dalam kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata setiap harinya ada satu juta orang setiap hari yang terinfeksi IMS. Orang yang mengalami ISR/IMS mempunyai resiko lebih tinggi tertular HIV.
Berbagai jenis mikroorganisme (± 20 jenis) dapat ditularkan melalui hubungan seks dan berdampak pada organ reproduksi seseorang.bahkan ada juga penyakit seperti infeksi Hepatitis dan AIDS yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual tetapi pada organ reproduksinya tidak mengalami kelainan.

Tipe infeksi
Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe infeksi yaitu :
1. Infeksi yang merusak saluran reproduksi.
2. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena penularan melalui hubungan seks tetapi merupakan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang normal ada dalam vagina (bakteri vaginosis dan jamur).
3. Infeksi melalui hubungan seks yang member dampak lebih luas selain alat reproduksi (sifilis dan HIV/AIDS).
4. Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari tindakan yang dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran dan pengguguran, insersi AKDR atau operasi obstetric ginekologi.

Beberapa jenis IMS yang banyak didapatkan di Indonesia
1. Gonore
2. Sifilis
3. Klamidia
4. Kandidiasis
5. Trikomoniasis
6. Bacterial vaginosis
7. Herpes simpleks

Peran petugas kesehatan pada pelayanan kontrasepsi/ kesehatan reproduksi
Banyak orang khususnya perempuan yang mengalami ISR/IMS tidak terdapat perawatan dan pengobatan yang tepat, karena :
1. Baik laki-laki atau perempuan mungkin tidak ada gejalanya. Penelitian menunjukkan 70% perempuan dan 30% laki-laki yang terinfeksi tidak mempunyai gejala.
2. Orang-orang yang menunjukkan adgejala ISR/IMS tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya terinfeksi. Banyak perempuan yang tidak mendapatkan informasi tentang cairan vagina yang normal atau tidak sehingga mereka akan menganggap cairan vagina yang keluar walaupun akibat ISR/IMS sebagai suatu yang wajar.
3. Banyak orang yang menduga bahwa mereka mungkin terinfeksi tetapi tidak segera berobat karena tidak menganggap penyakit ini penting,merasa malu, penyakit yang diderita merupakan stigma social, tidak mengetahui akses berobat dan tidak dapat menjangkau pengobatan.

Pelayanan kontrasepsi dapat sekaligus memberikan pelayanan terhadap ISR maupun IMS seperti :
1. Pendidikan tentang pencegahan IMS dan pengenalan gejala dan tanda ISR/IMS serta komplikasi IMS.
2. Konseling mengenai perilaku yang beresiko, alternative perilaku seksual yang aman, kepatuhan klien untuk berobat hingga tuntas dan perlunya pasangan klien juga ikut berobat.
3. Skrining atau penapisan ISR/IMS termasuk pemeriksaan vagina (selain dilakukan sebagai pemeriksaan rutin atau lebih ditekankan pada orang yang beresiko).
4. Pengobatan ISR/IMS.
5. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.
6. Menyediakan kontrasepsi dengan perlindungan ganda (dual action) seperti kondom.

Komplikasi IMS
1. Pada Perempuan
a. Radang panggul
b. Infertilitas
c. Kehamilan ektopik
d. Keguguran
e. Lahir mati
f. Kanker serviks
g. AIDS
h. Hepatitis
2. Pada BBL
a. Prematuritas
b. Berat lahir rendah
c. Sifilis congenital
d. Oftalmia neonatorum
e. Pneumonia klamidia
f. Septicemia
g. AIDS
h. Hepatitis
3. Pada Laki-laki
a. Epididimitis
b. Prostatitis
c. Striktur uretra
d. Infertilitas
e. AIDS
f. Hepatitis


Skrining atau penapisan klien
1. Skrining klien dapat dilakukan melalui anamnesis yang cermat atau melalui konseling. Apabila memungkinkan pemeriksaan organ reproduksi dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk melihat mikroorganisme yang ada (pemeriksaan duh kelamin melalui mikroskop dan pewarnaan Gram, larutan NaCl dan KOH).
2. Berikan pengobatan sesuai dengan hasil temuan mikroorganisme atau dari hasil pendekatan sindrom.
3. Selalu tanyakan pada klien adakah
a. Duh vagina atau uretra
b. Lesi atau ulkus pada alat kelamin
c. Pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah inguinal (selangkangan)
d. Nyeri perut bagian bawah
4. Tanyakan juga apakah pasangannya mengalami hal seperti di atas.
5. Riwayat hubungan seks seminggu sampai satu bulan terakhir.
6. Apakah klien atau pasangannya berganti pasangan dalam waktu satu bulan ini ?
7. Apakah klien atau pasangannya mempunyai aktivitas atau profesi yang menyebabkan ia berganti pasangan atau sering berpindah tempat?
8. Apakah klien menyadari bahwa ia terkena IMS dan adakah usaha yang dilakukan sebelum dating ke fasilitas in?


Petugas kesehatan perlu membekali diri dengan ketrampilan untuk melakukan investigasi atau skrining tanpa sikap yang menghakimi dan membuat klien malu, marah, tersinggung atau tidak mau berterus terang.

Diagnosis dan pengobatan ISR/IMS
1. Diagnosis ISR/IMS pada fasilitas kesehatan bisa dilakukan berdasarkan pendekatan sindrom dengan identifikasi gejala yang spesifik sesuai dengan jenis mikroorganisme penginfeksi dan penilaian tentang resiko penularan.
2. Pemeriksaan duh tubuh dengan laboratorium dan pemeriksaan serologi akan sangat baik untuk mendapatkan ketepatan diagnosis dan pengobatan. Paling tidak fasilitas pelayanan kontrasepsi atau pelayanan kesehatan reproduksi mempunyai perangkat pemeriksaan laboratorium sederhana.
3. Apabila diagnosis klien meragukan dan pengobatan tidak memberikan hasil yang memuaskan, klien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan lain yang lebih lengkap dan kemajuan penyembuhannya harus selalu dipantau.

Konseling, edukasi, pelayanan kontrasepsi dan pengobatan IMS secara terpadu merupakan bagian yang penting untuk pencegahan dan mengurangi insidens IMS.

Kontrasepsi dan pencegahan IMS


1. Kondom lateks
a. Merupakan metode terbaik untuk penegahan IMS dan HIV/AIDS bila digunakan terus menerus dan benar.
b. Tapi kondom tidak melindungi infeksi yang berasal dari ulkus atau lesi pada selangkangan yang tertutup oleh kondom.
2. Female condom (kondom perempuan)
c. Walaupun data klinis terbatas, kondom ini cukup efektif untuk pencegahan kontak dengan sperma maupun bakteri penyebab IMS dan HIV.
d. Sebagai alternative apabila kondom untuk laki-laki tidak ada atau tidak bisa digunakan.
e. Terbatasnya pemakaian kondom perempuan juga disebabkan oleh factor harga dan kurang nyaman.
3. Spermisida
Tidak melindungi penularan IMS/HIV, oleh karena itu pemakaian spermisida saja tanpa pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan.
4. Diafragma
a. Digunakan bersama spermisida, dapat mengurangi transmisi IMS. Perlindungan terhadap HIV belum pernah dibuktikan.
b. Sebagai alternative apabila penggunaan kondom laki-laki tidak bisa dilakukan.
5. Metode kontrasepsi lain
a. Seluruh metode kontrasepsi yang lain tidak dapat melindungi klien dari IMS/HIV.
b. Perempuan yang beresiko terhadap IMS perlu menggunakan tambahan kondom disamping pemakaian metode kontrasepsi yang lain.

ABORTUS

ABORTUS



Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.


Jenis-jenis abortus :

1. Abortus imminens
Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
Penanganan :
a. Tidak diperlukan pengobatan medic yang khusus atau tirah baring secara total
b. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual atau aktifitas fisik secara berlebihan
c. Bila perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola)
- Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui meja klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

2. Abortus insipiens
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri. Ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
Penanganan :
a. Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi :
Bila hasil konsepsi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah bagian – bagian janin dikeluarkan.
Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur Dilatasi dan Kuretase (D & K).
b. Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi ≥ 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
- Infuse Oxytosin 20 IU dalam 500 ml NS atau RL dengan 8 tetes / menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes / menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
- Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
- Misoprostol 400 mg per oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
c. Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko perforasi)

3. Abortus inkomplit
Perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
Penanganan :
a. Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/sepsis).
b. Hasil konsepsi yang terperangkap dalam serviks yang disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
- Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.
- Bila perdarahan terus berlanjut, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilih tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin).
c. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis (ampisiline 500 mg oral atau dosisiklin 100 mg).
d. Bila terjadi infeksi, beri ampisiline 1g dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
e. Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi di bawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM.
f. Bila pasien tampak anemic, berikan Sulfas Ferosus 600 mg per hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfuse darah (anemia berat).

4. Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepai telah dikeluarkan dari kavum uteri.
Penanganan :
a. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet/hari selama 3 hari.
b. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat berikan transfuse darah.
c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberikan antibiotika profilaksis.

5. Abortus infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis.
Penanganan :
a. Beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke rumah sakit.
b. Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infus dan berikan antibiotika (misalkan : ampisilin 1g dan metronidazol 500mg).
c. Jika ada riwayat abortus tidak aman , beri ATS dan TT.
d. Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotika berspektrum luas dan upaya stabilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus sesegera mungkin (lakukan secra hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini).

Kombinasi Antibiotika Untuk Abortus Infeksiosa
Kombinasi antibiotika Dosis oral Catatan
Ampisilin dan Metronidazol 3 x 1 g oral dan 3 x 500 mg Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhea dan bakteri anaerob
Tetrasiklin dan Klindamisin 4 x 500 mg dan 2 x 300 mg Baik untuk klamidia, gonorrhea dan bakteroides fragilis
Trimetropin dan Sulfamethoksazol 160 mg dan 800 mg Spectrum cukup luas dan harganya relative murah



Antibiotika Parenteral Untuk Abortus Sepsis
Antibiotika Cara Pemberian Dosis
Sulbenisilin
Gentamisin
Metronidazol IV 3 x 1 g
2 x 80 mg
2 x 1 g
Seftriaksone IV 1 x 1 g
Amiksisiklin + Klavulanik Acid
Klindamisin IV 3 x 500 mg
3x 600 mg

6. Missed Abortion (retensi janin mati)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih. Diagnose tidak dapat ditentukan hanya dengan satu kali pemeriksaan melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan.
Missed abortion seharusnya di tangani di rumah sakit atas pertimbangan :
a. Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
b. Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
c. Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.

7. Unsafe abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda di mana pelaksana tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.